Kamis, 16 Maret 2017

Ulos Batak




Sumber : https://id.pinterest.com/pin/444097213226387069/


Seumur-umur jadi orang batak, baru kali ini saya diberikan  'kesadaran' untuk menulis mengenai hal yang berkenaan dengan suku batak. (Maafkan sayah)

'Kesadaran' ini muncul setelah saya secara langsung ikut serta dalam acara adat Batak Mangokal Holi. Acara adat yang saya ikuti lagi setelah berpuluh tahun alpa untuk tidak ikut acara adat apapun. Acara Mangokal Holi ini diadakan di daerah asal saya di Kepulauan Samosir. Membawa saya pada banyak kenangan indah bersama Mama, Papa, adik-adik saya, para sepupu, handai tolan yang selalu riuh senang menyambut kedatangan kami.

Saat di Pulau Samosir, kekaguman saya terhadap indahnya alam sekitar dan Danau Toba membuat kesadaran saya akan daerah asal begitu meningkat. Dan, saya tetiba jatuh cinta. Harus ada yang meneruskan adat dan budaya leluhur yang sudah turun temurun ada, yang tentunya akan disesuaikan dengan keadaan jaman dan kepercayaan yang kita anut. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah Kain Ulos. 

Kain Ulos, sejenis kain tenunan tangan yang indah, dan menjadi simbol orang batak. Tak ada orang batak yang tak punya ulos. Kira-kira begitulah istilahnya.


Sumber : http://indonesiaulos.blogspot.co.id/2010/05/in-brief-ulos-batak-traditional.html


Dari asal bahasanya, 'Ulos' berarti 'Kain'. Warna dominan yang selalu ada dalam tiap ulos adalah merah, hitam dan putih. Kombinasi benang emas dan perak pada warna dasar, menjadikan kain ulos ini menjadi lebih indah, sparkling, dan modern. Sehingga, selalu cocok dipakai pada tiap masa.

Kegunaan Kain Ulos awalnya hanya sebagai atribut pendukung penampilan layaknya selendang, pada masa kini, bentuk ulos berubah menjadi ragam hal. Mulai dari baju atasan, kemeja, dress, dasi, jas, bahkan dompet. 

Sumber : https://id.pinterest.com/pin/563231497121835636/


Makna mendalam dari wujud kain ulos sebenarnya jauh lebih dari sekedar atribut pelengkap penampilan. Mengapa? Mari saya jelaskan.

Nenek moyang suku batak yang tinggal di dataran tinggi, yang pastinya minim peralatan yang membuat tubuh menjadi hangat, memang menjadikan kain ulos sebagai alat penghangat tubuh. Seiring dengan kepercayaan dan tata aturan suku yang sering mengadakan acara-acara pernikahan, merayakan keberhasilan, kematian dan kelahiran, ulos menjadi barang penting yang melambangkan kehangatan. Menurut pemikiran moyang orang batak, Ulos berarti sesuatu yang memberikan 'Kehangatan'. Dan, 'rasa hangat' dari keluarga dibutuhkan oleh setiap orang. Ulos kemudian menjadi simbol seluruh keturunan suku batak untuk menunjukkan perhatian, cinta dan kehangatan dalam setiap acara adat yang dilaksanakan. 


Sumber : http://travel.detik.com/read/2012/02/23/180241/1850210/1025/1/kain-ulos-keistimewaan-dari-tanah-batak#menu_stop


Sumber : http://travel.detik.com/read/2012/02/23/180241/1850210/1025/2/kain-ulos-keistimewaan-dari-tanah-batak






Selain keunikan pada nama ulos, ada beberapa aturan yang dituangkan dalam aturan adat batak mengenai pemberian ulos (mangulosi), antara lain;

1. Ulos hanya diberikan kepada kerabat yang berada di bawah kita. 

    Misalnya, Natoras tu ianakhon (Orangtua kepada anaknya)

2. Ulos yang diberikan haruslah sesuai dnegan kerabat yang akan diberi ulos. 
    Misalnya, Ulos Ragi Hotang diberikan untuk hela (Menantu laki-laki)

Cara pemakaian Ulos juga diatur, yaitu :

1. Siabithonon (dipakai ke tubuh menjadi baju atau sarung)
    Ulos yang digunakan adalah Ulos Ragidup, Sibolang, Runjat & Jobit

2. Sihadanghononhon (diletakkan di bahu)
    Ulos yang digunakan Ulos Sirara, Sumbat, Bolean & Mangiring

3. Sitalitalihononhon (Diikat di kepala)
    Ulos yang digunakan adalah Ulos Tumtuman, Mangiring & Padang Rusa

Kain Ulos untuk suku Batak memang bukan sekedar kain. Makna yang diwakilkannya ternyata begitu dalam. Tidak heran, orang batak selalu berbondong-bondong hadir di setiap acara adat kerabatnya. Karena kami ingin selalu menunjukkan perhatian, cinta dan kehangatan pada setiap kerabat yang ada. Mungkin karena inilah, ikatan kekerabatan dalam budaya batak sangat erat.

Dari hal-hal yang pernah saya pelajari, ternyata masih banyak hal-hal yang harus saya pahami. Terutama mengenai pemahaman kearifan budaya batak yang notabene adalah akar saya. 

Semoga tulisan ini bisa menjadi awal kontribusi saya menyebarkan dan menjaga nilai budaya adat yang akhir-akhir ini tergerus modernisasi, tanpa meninggalkan modernisasi itu sendiri. 

Sumber : Wikipedia.com